MRSA (Methicillin Resistant Staphylococus Aureus)

Saat ini MRSA masih menjadi momok atau masalah yang besar di dalam bidang medis baik kedokteran, keperawatan, kebidanan, fisioterapis dan yang lainnya yang langsung bersinggungan dengan aktivitas pasien di Rumah Sakit. Penanganan pasien dengan MRSA tentunya berbeda dengan pengangan pasien dengan infeksi lain. Para petugas kesehatan diharuskan untuk lebih waspada dan lebih memahami dalam penatalaksanaan pasien dengan MRSA. Pada kesempatan ini kita akan bahas tentang apa pengertian MRSA, apa bahaya dari MRSA, bagaimana cara penularan MRSA, gejala apa saja yang ditimbulkan dari bakteri MRSA, perlukan pasien MRSA diisolasi dan pencegahan serta pengobatan bakteri MRSA. Dan pertanyaan yang sering pula petugas kesehatan tanyakan adalah perbedaan MRSA dengan MRSE.

Pengertian MRSA
MRSA memiliki singkatan dari Methicillin-resistant Staphylococcus aureus. Nah Staphylococcus aureus adalah tipe bakteri yang sering ditemui di kulit dan rongga hidung manusia. Dalam keadaan normal bakteri tersebut tidak menyebabkan gangguan atau disebut sebagai flora normal. Staphylococcus aureus menjadi berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh lewat kulit yang tidak intak lalu menyebabkan infeksi lokal atau sistemik.

MRSA adalah bakteri Staphylococcus aureus yang telah menjadi resisten terhadap antibiotik yang umumnya mampu membunuh Staphylococcus aureus, contohnya methicillin (jenis antibiotik yang masih satu kelompok dengan penisilin). MRSA sudah ditemukan sejak tahun 1960-an sebagai akibat dari pemakaian antibiotik yang tidak tepat.

Nah berarti pemilihan antibiotik yang tidak tepat dapat menyumbang kasus MRSA bagi pasien.

Bahaya dan masalah yang ditimbulkan dari MRSA
MRSA dapat menyebabkan infeksi pada kulit, tulang, paru, jantung, atau infeksi sistemik. Infeksi MRSA hanya dapat diobati dengan antibiotik tertentu. Apabila antibiotik yang diberikan tidak mampu membunuh MRSA, infeksi tidak teratasi lalu menyebar luas dan membahayakan nyawa penderitanya.

Cara penularan MRSA
Berdasarkan cara penularan yang terjadi, infeksi MRSA dibagi menjadi dua, yaitu health care-associated MRSA (HA-MRSA) dan community-associated MRSA (CA-MRSA). HA-MRSA adalah infeksi MRSA yang terjadi di fasilitas layanan kesehatan seperti rumah sakit; biasanya berkaitan dengan prosedur invasif (operasi).

CA-MRSA adalah infeksi MRSA yang terjadi di luar fasilitas layanan kesehatan, terjadi pada orang-orang yang sehat. MRSA menyebar secara langsung lewat kontak kulit dengan luka yang terinfeksi MRSA (skin-to-skin contact) atau secara tidak langsung lewat peralatan (handuk, alat cukur, dll) yang sudah terkontaminasi MRSA lalu dipakai lebih dari satu orang. Risikopenyebaran MRSA lebih tinggi pada tempat-tempat padat seperti asrama, barak tentara, tempat penitipan anak, pengungsian, dan lain-lain.

Perlu diingat bahwa bakteri Staphylococcus aureus dan MRSA dapat berada di kulit tanpa menyebabkan infeksi atau penyakit. Orang yang menjadi pembawa MRSA ini tetap dalam keadaan sehat (disebut “carrier”) tetapi dapat menyebarkan MRSA ke orang lain lewat kontak kulit misalnya saat bersalaman.Ketika kulit menjadi tidak intak (misalnya pada luka bakar dan bekas operasi), MRSA dapat menerobos pertahanan kulit lalu menyebabkan infeksi.

Tanda dan gejala infeksi MRSA
Gejala infeksi MRSA bervariasi tergantung organ yang terinfeksi. Infeksi kulit oleh MRSA sering terjadi dan menimbulkan gejala pembengkakan, kemerahan, nyeri di lokasi infeksi. Daerah yang terinfeksi dapat menjadi abses yang berisi nanah. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar ke lapisan yang lebih dalam seperti tulang dan sistem sirkulasi menimbulkan gejala yang sistemik seperti demam, menggigil, mual, muntah, dll.

Cara mencegah dan mengobati MRSA
Antibiotik tertentu dapat dipakai untuk membunuh MRSA, misalnya vancomycin. Akan tetapi MRSA juga dapat resisten terhadap vancomycin sehingga pilihan antibiotik pada infeksi MRSA terbatas. Pada keadaan tertentu antibiotik tidak diberikan. Contohnya pada abses superfisial di kulit akibat MRSA cukup diterapi dengan drainase abses (mengeluarkan nanah di dalam abses). Pengobatan MRSA tergantung dari lokasi infeksi, beratnya infeksi, dan sensitivitas MRSA terhadap antibiotik.

Cara mencegah penyebaran MRSA
- Terapkan hand hygiene
- Bila terdapat luka pada kulit, jaga tetap bersih. Bila ukuran luka besar, lindungi dengan perban.
- Hindari sharing peralatan pribadi seperti handuk, pakaian, alat cukur, dan lain-lain
- Bagi tenaga kesehatan yang kontak langsung dengan pasien terinfeksi MRSA wajib mengenakan APD yang tepat seperti apron yang menutupi seluruh permukaan badan dan tangan, sarjng tangan, topi disposible dan kacamata gogle.
- Untuk menghindari penularan dan penyebaran bakteri MRSA maka penanganan pasien dengan MRSA yang tepat adalah ditempatkan di ruangan khusus (isolasi).

Perbedaan MRSA dengan MRSE
Satu hal yang dapat menunjukkan perbedaan antara MRSA dan MRSE adalah lokasi ditemukannya bakteri Staphylococcus aureus. Yaitu jika MRSA akan bakteri Staphylococcus aureus akan ditemukan di kulit penderita dan sebagian besar ditemukan di hidung dan ketiak. Sedangkan pada MRSE, Staphylococcus aureus hanya ditemukan pada aliran darah pasien (penderita).

Sumber: milissehat.we.id

MRSA (Methicillin Resistant Staphylococus Aureus) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Slamet Fadli

0 comments:

Post a Comment